Tenang dengan cara lama

Belakangan ini, membaca konten-konten di media sosial sungguh melelahkan.

Yang paling sering lewat adalah kondisi dunia perpolitikan dalam negeri. Satu persatu berita yang kurang mengenakan muncul. Yang bikin lelah, semua ini muncul di waktu yang berdekatan. Seolah, seperti efek domino.

RUU TNI, Danantara, IHSG anjlok, badai PHK, efisiensi anggaran, penundaan pengangkatan CPNS, korupsi Pertamina, dan baru-baru ini mencuat isu RUU Polri. Semua berita ini sentiment-nya negarif di mata netizen.

Nggak hanya di dunia perpolitikan, berita pembunuhan dan perundungan pun kerap kali muncul. Rasanya hampir nggak ada konten positif yang bisa dinikmati di media sosial belakangan ini.

Algoritma platform selalu saja menyuguhkan konten-konten tersebut. Sepertinya saya harus lebih sering menentukan sendiri konten mana yang mau saya nikmati. Kembali ke cara lama: baca tulisan-tulisan di blog.

Di era media sosial sekarang ini, apalagi di era AI, masih cukup banyak orang yang menulis di blog. Entah itu sharing hal-hal yang mereka lakukan, rekomendasi buku, musik, dan sebagainya. Mereka membuat blog mereka sebagai digital garden atau kebun digital mereka. Membaca tulisan-tulisan macam ini sedikit banyak menambah wawasan baru akan suatu hal.

Bukan berarti saya tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Saya akan tetap mengikuti perkembangan situasi yang sedang berlangsung kok. Saya hanya mengurangi jumlah informasi yang diterima dari sosial media. Karena pada dasarnya, poin utama konten-konten tersebut mirip-mirip.

Balas melalui email.